Menurutnya, Indonesia adalah salah negara penghasil nikel terbesar di dunia. Tapi pekerjanya, mulai dari hulu sampai hilir kebanyakan tenaga kerja asing (TKA) asal China.
"Ini daerah kaya nikel, tapi yang kerja semua China dari daratan sampai tukang las," ujar Jusuf dalam peringatan HUT 70 Tahun Kalla Group, di Grand Ballroom Kempinski Jakarta, Jumat (28/10).
JK tak ingin hal tersebut terjadi di perusahaannya. Oleh karenanya, Kalla Group yang saat ini tengah membangun smelter nikel sendiri akan dikelola oleh anak negeri dan pekerjanya adalah warga sekitar.
Ia pun yakin pembangunan smelter itu bisa rampung tahun depan. "Kita bikin smelter, kita belajar sendiri, InsyaAllah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi," kata JK.
"Semua dilakukan tapi tidak dengan otak dari luar. (Namun dengan) Kemampuan diri sendiri," lanjutnya.
JK menuturkan smelter yang sedang dibangun itu pun akan mengandalkan tenaga air alih-alih batu bara. Ia menekankan smelter buatan Indonesia harus bersumber dari energi bersih.
"Dari sumber bersih, pakai hidro tadi. Karena Eropa tak mau beli kalau kotor energinya," terang dia.
JK sendiri merupakan mantan pejabat RI sekaligus mantan pimpinan Kalla Group. Saat ini Kalla Group dipimpin oleh Solihin Jusuf Kalla.
Didirikan pada 1952, perusahaannya ini memiliki 36 jenis usaha mulai dari percetakan hingga tukang cukur. Meskipun banyak, usahanya tidak selalu berjalan mulus.
Di bidang otomotif, Kalla Group ini memiliki merek dagang di kawasan Indonesia Timur melalui bendera PT Hadji Kalla (Kalla Toyota).
Menurut JK, penjualan merek Toyota ini lebih dulu dilakukan Kalla Group dibanding Astra. Bisnis Kalla Group juga meliputi usaha baja, semen, dan tekstil.[SB]